Thursday, September 15, 2011

Bagaimana menjadi Orang yang Setia Selamanya.?


Saat kita sedang sendiri, kesepian, dalam masalah, membutuhkan berbagi, cerita, lantas teringat dengan seseorang, berharap banyak dia akan membantu, atau setidaknya mengusir sedikit gundah-gulana, penat-penita... Apakah itu disebut cinta? Tentu saja! Tapi dengan demikian apakah cinta tidak lebih jadi 'seperangkat obat', alat medis penyembuh? Selesai masalahnya, saat kita kembali sembuh, maka persis seperti botol-botol obat, seseorang itu bisa segera disingkirkan. Sementara? Temporer? Tentu saja, kecuali kita selalu sakit berkepanjangan, dan mulai mengalami ketergantungan dengan seseorang tersebut. Jika demikian maka cinta tak lagi obat, tapi jadi mirip nikotin, candu!

Saat kita ingin selalu bersamanya, selalu ingin didekatnya, selalu ingin melihat wajahnya, senyumnya, nyengirnya, bahkan gerakan tangan, gesture, bla-bl-bla... ingin mendengar suaranya (meski suaranya fals), tawanya (walau tawanya cempreng); apakah itu disebut cinta? Tentu saja. Bagaimana mungkin bukan cinta? Tp kalau hanya demikian, maka bawakan saja imitasi seseorang itu ke rumah, taruh seperti koleksi patung, jika ingin mendengar tawanya, stel biar dia tertawa, ingin melihat dia bicara, stel agar dia bicara. Bukankah hari ini sudah banyak teknologi imitasi seperti ini? Apakah itu akan berlangsung sementara? Boleh jadi, karena persis seperti punya koleksi benda antik, seberapapun berharganya, cepat atau lambat rasa bosan akan tiba. Bisa sih disiasati dengan jarang2 melihat koleksi tersebut, jarang2 bertemu biar terus kangen dan rindu, tp kalau demikian, maka cinta jadi sesuatu yg kontradiktif, bukankah tadi dibilang ingin selalu bersamanya....

Saat kita terpesona melihatnya, kagum menatapnya, begitu hebat, keren, terlihat berbeda, cantik, gagah, dan bla-bla-bla... Apakah itu disebut cinta? Bisa jadi. Tp jika demikian cinta tak lebih seperti pengidolaan, keterpesonaan... solusinya, pasang saja posternya besar2 di kamar. Jika kangen, tatap sambil tersenyum. Taruh foto2nya dimana2. Selesai urusan. Apakah ini sementara? Temporer? Tentu saja. Saat idola baru yg lebih keren tiba, saat sosok baru yg lebih hebat datang, maka idola lama akan tersingkirkan. Jika demikian, maka cinta tak ubahnya seperti lagu pop, cepat datang cepat pergi!

Saat kita tergila2, selalu ingat dengannya, tidak bisa tidur, tidak bisa, berpikir jangan2 kita kehilangan akal sehat, apakah itu disebut cinta? Tentu saja. Tp jika demikian cinta, maka ia tak lebih dari simptomp penyakit psikis? Sama persis seperti penjahat yang jadi buronan, juga tidak bisa tidur, susah makan, dan terkadang berpikir kenapa ia bisa kehilangan akal sehat menjadi penjahat. Apakah ini juga sementara? Tentu saja. Waktu selalu bisa mengubur seluruh kesedihan.

Hampir kebanyakan orang akan bilang: "Saya tidak pernah tahu kapan perasaan itu datang! Tiba2 sudah hadirlah ia di hati..." Ada juga yg jelas2 mengaku kalau dia cinta pada pandangan pertama; sekali lihat, langsung berdentum hatinya. Tapi di luar itu, kita kebanyakan tdk tahu kapan detik, menit, jam, atau harinya ketika semua mulai bersemi....

Terlepas dari tidak tahunya kita kapan perasaan itu muncul, kabar baiknya kita semua hampir bisa menjelaskan muasal kenapanya.... Ada yg jatuh cinta karena seseorang itu perhatian, seseorang itu cantik, seseorang itu dewasa, rasa kagum, membutuhkan, senang bersamanya, nyambung, senasib, dan seterusnya, dan seterusnya.... Dan di antara definisi kenapa tersebut, ada yang segera tahu persis kalau itu sungguh cinta, ada juga yang berkutat begitu lama memilah-milah, mencoba mencari penjelasan yg akan membuatnya nyaman dan yakin, ada juga yang dalam situasi terus-menerus justru tdk tahu atau tidak menyadarinya kalau semua itu cinta...

Cinta memiliki begitu banyak pintu untuk datang. Tidak perlulah riset tingkat tinggi untuk menyimpulkan: Kebanyakan datang dari pintu "mata", mungkin 90%. Sisanya dari "telinga",
dari bacaan (membaca sesuatu darinya), dari kebersamaan... dari sentuhan fisik.
dari mana saja. Lantas otak akan mengolahnya, mendefinisikannya menjadi: sayang, kagum, terpesona, dekat, cantik, ganteng, cerdas, baik, lucu, dan seterusnya.... Kemudian hati akan menjadi pabrik terakhir yang menentukan: "ya" atau "tidak".

Selesai? Tidak juga, masih ada ruang buat prinsip2, pemahaman hidup, pengalaman (diri sendiri atau belajar dari pengalaman orang lain) untuk menilai apakah akan menerima kesimpulan hati atau tidak.... dan biasanya inilah bagian yang paaaaling sulit. Paling keukeuh... paling alot.... Juga jangan lupakan faktor2 eksternal disekitar. Apalagi ketika perasaan itu mulai melibatkan orang-orang.

Jika akhirnya semua fase itu terlewati (prinsip2 dan pemahaman) masih ada satu hal penting lainnya yg menghadang. Yaitu kesementaraan. Temporer.... Apakah cinta itu perasaan yang bersifat temporer? Kawan, kabar buruknya ya... lihatlah, ada begitu banyak pasangan2 yg bubar setelah sekian lama bersama, setelah berpuluh2 tahun menikah, ada banyak contoh betapa cepat rasa suka itu raib... Tapi kabar baiknya, percayalah meski ia bersifat sementara, kita selalu memiliki kesempatan untuk membuatnya abadi, everlasting... dengan kebersamaan, saling menghargai, terbuka, berani atas resiko sbuah hubungan, komitmen, dan tentu saja keseharian yg menyenangkan.... maka lihatlah pasangan yg tetap setia hingga akhir hayat, dengarlah cerita2 hebat itu. Mereka bisa menjadikan perasaan cinta utuh dengan semuanya. Maka abadilah perasaan itu....

Semoga egoisme, prinsip2, kekeraskepalaan, atau harga diri kita hari ini belum sempat membakar perasaan tersebut... Semoga setiap waktu yang kita miliki, seberapa ragu2, bingung, sebal, marah, patah-hati, justru memberikan kesempatan untuk memahami dari mana pintu perasaan itu datang, kapan tibanya, apa alasannya, bisa bersepakat dengan prinsip2, lantas memberikan kesempatan untuk tumbuh, mekar selamanya... karena begitulah cinta yang baik. tahu persis kenapa!

Terakhir, saat kita selalu termotivasi untuk terus berbuat baik hari demi hari, memberikan semangat positif, terus memperbaiki diri setiap kali mengingatnya, bersamanya... apakah itu juga disebut cinta? Yaps! Inilah hakikat cinta yang seutuhnya. Saat perasaan itu menjadi energi kebaikan. Apakah itu sementara? Absolutely, tapi meski sementara, semangat untuk terus memperbaiki diri karena cinta tersebut akan menjadi jaminan keabadiannya....

Semoga semua orang memiliki kesempatan merasakannya.


No comments: